Sedekah Bumi di Kampung Keramat Beji Sumur 7 Depok Tinggal Kenangan

Loading

Juru kunci keramat Beji Mbah Marto berkaos coklat saat menceritakan riwayat kampung keramat Beji di hadapan ketua KOOD kelurahan Beji Boy Wahyu didampingi ketua PWRI kota Depok Rahmat Budiyanto. Kamis 5/09.

DEPOK, Beji. Literasidepoknews.com – Tradisi sedekah bumi atau barit (bahasa asli Depok.red) sebagai salah satu budaya yang dahulunya sering digelar di Kampung Keramat Beji sumur 7 beringin kurung Depok saat ini tinggal kenangan, pasalnya tradisi budaya asli Beji tersebut mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya, hal ini di sebabkan kurangnya rasa peduli dari tokoh adat setempat , tokoh agama , bahkan tokoh pemudanya, bisa juga dikatakan tradisi tersebut hilang digerus zaman.

Kampung keramat Beji menurut beberapa referensi bahwa kampung ini awalnya adalah sebuah petilasan padepokan tempat berkumpulnya para leluhur dari seluruh Nusantara hal ini lah yang di jadikan dasar sebagai pegangan juru kunci keramat Beji sumur 7 Depok untuk melaksanakan ritual selamatan pada bulan suro atau menurut kalender Islam di sebut bulan muharam sebagai kepala tahun (awal tahun) memasuki babak kehidupan baru, tujuan utama dari selamatan bulan suro ini adalah mengharapkan keselamatan dan keberkahan bagi masyarakat kampung keramat beji dan sekitarnya , dengan cara mengundang anak yatim dan warganya untuk bersama sama membacakan doa bagi para pendiri Kampung keramat Beji, juga melalui sedekah kepada anak yatim yang ada di sekitar kampung keramat, selamatan bulan suro sudah dilakukan sejak dahulu sebagai tradisi turun menurun.

Wartawan kota Depok tak ketinggalan turut hadir di acara selamat bulan suro di situs keramat Beji sumur 7 beringin kurung depok

Pada malam Jum’at atau Kamis tanggal 5/09/2019 pukul 19’00wib Selamatan bulan suro kembali di gelar oleh juru kunci keramat Beji penerus ke 8 bapak Marto dengan mengundang penulis yang juga sebagai putra daerah setempat untuk ikut hadir diacara tersebut.

Menurut pantauan penulis di acara Kamis (5/09) pukul 19’00wib , tatacara yang dilaksanakan secara sederhana dengan membacakan surat alfatehah tahlil dan doa ahli kubur juga doa selamat. Berbeda sekali pelaksanaan nya dengan apa yang penulis alami saat penulis masih kecil di tahun 1976 s/d 2000 , di mana sebelum selamatan , anak anak dan warga duduk melingkar mengelilingi keramat tersebut , saat pemimpin ritual mengucapkan doa seluruh yang hadir menyambut dengan ucapan Aaamiiin”, secara bersama sama.

Bapak Marto kepada penulis menjelaskan, ” Selamatan pada bulan suro ini sebenarnya adalah sebagai kegiatan rutin pada awal tahun hijriah atau tahun baru Islam”, dahulu kegiatan ini dilaksanakan sehabis shalat ashar dengan mengundang anak yatim yang ada disekitar, biasanya mereka duduk berpasangan saling berhadapan ditengah mereka diberikan peganan atau makanan khas seperti Nasi uduk , kue lepet , nasi kuning , ketupat dan lainnya, usai selamatan makanan tersebut di bawa pulang. Jelas bapak Marto.

Saat ini hal tersebut tidak kita lakukan lagi, yang ada saat ini adalah melaksanakan selamatan bulan suro dengan cara sederhana, cukup dengan membaca hadiah ahli kubur setelah itu yang hadir kita berikan nasi kotak , kegiatan ini sebenarnya adalah sebagai doa kepala tahun menurut tradisi orang tua dahulu . Tegas bapak Marto .

Ketua Kumpulan Orang Orang Depok (KOOD) kelurahan Beji Boy Wahyu yang sempat datang menyaksikan kegiatan di situs keramat Beji, usai acara dilokasi kepada penulis mengatakan, “Saya sendiri sebagai orang sini baru pertamakali datang ke keramat ini”, mengenai sejarah disini saya hanya dapat informasi atau cerita dari orang lain, bahkan dari bapak saya sendiri (almarhum Wan Naming) belum pernah saya tanyakan tentang riwayat Mbah beji, tutur Boy .

“Saya berharap ada rembug dari tokoh yang ada disini agar keberadaan tempat ini dan budaya setempat tidak hilang , seperti nama dan asal usul sumur tidak keluar dari sejarah aslinya , sehingga tidak mengaburkan sejarah, mestinya orang yang dituakan serta yang lebih tahu yang memberikan keterangan atau informasi terkait sejarah sumur 7 ini sehingga budaya asli dan riwayatnya tetap utuh terjaga.” Pungkasnya. (RahmatLDN).

Exit mobile version