Menakar Apa dan Bagaimana Metode Pembelajaran Study Tour?

Menakar Apa dan Bagaimana Metode Pembelajaran Study Tour?


Oleh : Nana Suryana
Ketua Prodi PGMI IAILM Suryalaya

Akhir-akhir ini dunia pendidikan sedang menjadi perbincangan netizen. Keriuhan di dunia pendidikan tersebut dipicu dengan sikap pro kontra pasca peristiwa kecelakaan bus pariwisata di Subang Jawa barat yang membawa pelajar SMK dari Depok beberapa waktu yang lalu.

Kecelakaan tersebut menelan korban lebih dari 10 orang. Banyak orang berkomentar dan bahkan meminta kegiatan study tour oleh sekolah dihilangkan dengan berbagai alasan. Namun dilain pihak banyak juga yang berkomentar, terutama para pelaku pendidikan yang tidak sepaham dengan komentar dan usulan dihilangkannya kegiatan study tour tersebut.

Salah satu komentar datang dari Menteri Sandiaga Salahuddin Uno (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia) seperti di lansir CNN.Com. Sandiaga menilai kelayakan kendaraan untuk study tour sekolah harus diperketat agar tidak terjadi lagi kecelakaan maut seperti yang terjadi pada rombongan SMK Lingga Kencana Depok di Ciater, Subang, Jawa Barat.

Foto : Ilustrasi Dok SL5.

Menurut Sandi, letak masalah dari kecelakaan itu bukan pada aktivitas study tour-nya melainkan pada pemilihan bus atau kendaraan. “Dari musibah kecelakaan yang terjadi di Ciater, kita jadikan ini pelajaran bahwa bukan study tour-nya yang harus diperketat, melainkan kelayakan kendaraan, fasilitas, dan sumber daya manusianya,” kata Sandi.

Berbicara study tour, seacara teoretis dan praktis, implementasi dalam proses belajar mengajar sebuah keniscayaan. Merujuk pada Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru Dosen, guru harus memiliki kompetensi, salah satunya kompetensi dalam menggunakan berbagai metode dan model pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan sebuah mahfudhot Arab, bagi guru menguasi metode itu penting, tetapi menguasai materi itu lebih penting. Menjadi guru yang mengusai metode dan materi itu lebih penting, tetapi di atas semua itu ada yang lebih penting, yakni ruh guru. Satu dari sekian banyak metode dalam proses pembelajaran adalah metode study tour atau karyawisata.

Secara teori metode karya wisata merupakan sebuah metode dalam bentuk pembelajaran yang pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan lingkungan yang memiliki hubungan langsung dengan materi pembelajaran. Melalui metode study tour peserta didik akan dapat melihat langsung materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran.

Metode ini juga diartikan sebagai salah satu metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara mengamati dunia luar dengan kenyataan yang ada dengan cara langsung. Pengamatan yang dilakukan anak dapat diperoleh dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, dan indera lainnya.

Jika guru akan menerapkan metode karyawisata ada langkah-langkah (sintak) yang harus dipatuhi;
Tahap perencanaan yang meliputi: a) Merumuskan tujuan karyawisata, b) Menetapkan objek objek wisata sesuai tujuan yang hendak dicapai c) Menetapkan lamanya karyawisata, d) Menyusun rencana belajar peserta didik selama karyawisiata.

Lalu bagaimana cara memilih tempat wisata yang menyenangkan sekaligus menambah wawasan? Pertama, tentukan dahulu kebutuhan berwisata. Dalam melakukan wisata, menentukan tema dan tujuan merupakan hal nomor satu.

Apa saja hal yang ingin dipelajari? Lalu apa yang ingin didapatkan setelah mengikuti wisata edukasi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut penting agar bisa memperkecil jumlah wisata edukasi sesuai dengan keinginan kita.

Kedua, survei standar keamanan. Pilihlah lokasi yang menerapkan standar keamanan sesuai dengan range umur anak atau siswa. Survei harus dilakukan dengan berkunjung langsung ke tempat wisata tersebut untuk mengetahui dengan pasti bagaimana lingkungan sekitar.

Yang tidak kalah penting adalah survey armada (kendaraan). Apakah laik jalan? Bagaimana perawatannya berkala, kesiapan supir, dan lain sebagainya.

Ketiga, melakukan survei tingkat kebersihan. Selain keamanan, tingkat kebersihan tempat wisata juga termasuk hal yang harus diperhatikan. Lihatlah apakah terdapat toilet dengan jumlah yang cukup banyak, terutama jika eduwisata atau field trip dilakukan dalam kelompok besar. Selain itu, lihat juga kebersihan dari toilet tersebut.

Keempat, survei kesiapan lokasi. Survei kesiapan lokasi ini penting dilakukan untuk memastikan apakah loksai siap menampung peserta dalam jumlah banyak. Apakah ada lapangan atau tempat titik kumpul untuk peserta? Apakah ada pendopo yang juga mampu memuat seluruh peserta? Apabila ada banyak pendopo, apakah jaraknya berdekatan atau berjauhan?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu ditanyakan terlebih dahulu ke pemilik lokasi dan tentunya tetap melakukan survei secara langsung.

Kelima, bisa diajak bekerja sama. Hubungan yang baik dengan pemilik tempat dan pihak PO. Bus Pariwisata. Ini penting dilakukan agar dapat mempermudah proses kerja sama.

Keenam, menerapkan protokol kesehatan. Protokol kesehatan wajib diterapkan di mana pun kita berada. Pilihlah tempat yang disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti melakukan pengecekan suhu dahulu sebelum masuk, lalu mewajibkan menggunakan masker, dan menyediakan tempat cuci tangan yang memadai.

Selain itu, pilihlah tempat yang tidak terlalu berdesak-desakan jika didatangi oleh orang banyak (Sumber : Wisatasekolah.com).

Jika itu dipertimbangan dan disiapkan secara matang, tidak ada alasan bagi guru dan sekolah untuk tidak menggunakan metode study tour.

Metode pembelajaran study tour (karyawisata) merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan guru untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, meningkatkan antusias siswa untuk belajar aktif yang akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa itu sendiri. Metode pembelajaran ini juga dapat membuat siswa belajar lebih rileks disamping itu juga menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar diantara siswa.

Banyak penelitian yang menunjukan bahwa metode pembelajaran karyawisata berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Siswa cenderung menyukai pembelajaran yang dilakukan diluar kelas, siswa aktif dalam mengeluarkan ide tau pendapat dan suka bertanya, membuat siswa lebih termotivasi dalam menerima materi pembelajaran, memberikan semangat belajar bagi siswa serta asik untuk diterapkan didalam pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan dan bias lebih aktif pada saat belajar,

Besarnya pengaruh dengan metode karyawisata terhadap hasil belajar siswa. (Marzuki, Cenderato, dan Marten, 2019).

Penelitan yang dilakukan Muhammad Didin Nashruddin (2013) membuktikan penerapan metode karya wisata dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa sekolah dasar.

Sementara Silvia Nachita Ratih dan Siti Mahmudah (2013) mengaskan metode karyawisata berpengaruh terhadap keterampilan bercerita siswa tunagrahita ringan. Ini sajalan dengan pendapat Djamarah (2002), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya.

Exit mobile version