Paling tidak, satu komitmen untuk menjaga kedaulatan negara dari celah masuknya kepentingan asing, serta menegakkan aturan terkait usaha hiburan bermasalah telah dilakukan.
Namun sangat disayangkan, ada pihak – pihak tertentu yang tidak mendukung, dan melakukan berbagai manuver yang bersifat kekanak kanakan.
Pandangan tersebut disampaikan Ketua Umum Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) Suriyanto PD, tadi malam, Jumat, 03/11/2017.
Menurut Suriyanto, kegaduhan reklamasi yang jelas-jelas bisa menimbulkan dampak kurang baik terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, harusnya disikapi dengan jernih, dengan mengedepankan visi kebangsaan, serta merujuk pada aturan perundang undangan di negara ini. Bukan malah melakukan berbagai manuver agar proyek reklamasi ini tetap berjalan, meski Mahkamah Agung telah memutuskan bahwa reklamasi ini harus dihentikan.
“Melihat fenomena seperti ini, tentu kita pantas untuk galau, bagaimana kita melihat anak cucu kita nanti hanya menjadi penonton di negerinya sendiri. Reklamasi ini untuk siapa ? Saya rasa jawaban tersebut akan menyentak hati kita. Innalillahi…,” tutur Suriyanto muram.
Harusnya, lanjut Suriyanto, keberlanjutan reklamasi ini harus ditinjau kembali. Tidak membuat gaduh, melalui manuver. Duduk bersama untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini dengan arif, mengedepankan prinsip prinsip keadilan, dan keberlangsungan bangsa ini ke depan, dengan tetap memberi ruang bagi anak cucu kita, untuk mengelola negerinya sendiri.
“ Ini yang sangat disayangkan. Kegaduhan reklamasi diciptakan dengan berbagai dalih, tanpa memperhitungkan keberlangsungan bangsa ini. Perubahan mental yang digaungkan Presiden, harusnya ditaati tidak hanya oleh masyarakat, tapi yang lebih utama terhadap pembantu pembantunya,” tegasnya.
Terkait ditutupnya Alexis, Suriyanto juga sangat mendukung langkah Gubernur DKI Anies Baswedan, yang tidak memberi ijin perpanjangan hotel dan griya pijat tersebut.
“ Soal Alexis, menurut saya ini langkah tepat dari Gubernur Anies. Karena, nyata-nyata banyak aturan yang dilanggar oleh pengelola Alexis itu sendiri. Tidak hanya masyarakat sekitar yang resah, namun kita semua juga merasakan hal yang sama. Dari sini saja kita bisa melihat, betapa persoalan mental dan moral masih jauh dari harapan,”(jagad/Rahmat LDN).
Refrensi berita inovasi.web.id.