Asal Usul Rumah Keramat dan Sosok Mbah Raden Ujud Beji Sumur 7 Beringin Kurung Depok

Suasana selamatan pada malam bulan tanggal 14 maulud di Keramat Mbah Raden Ujud Beji Sumur 7 Beringin Kurung Depok.( Foto LiterasiDepokNews.com)

LiterasiDepokNews.Com

Beji , Jum’at 1-Juni 2018

Banyak masyarakat yang masih bingung mengenai keberadaan situs sejarah Mbah Raden Ujud Beji , Sejarah Mbah Raden sendiri sampai saat ini masih belum banyak terungkap baik tentang sosok dan kehidupan beliau maupun sosok pribadinya, dari manakah sebenarnya asal muasalnya?!” di mana beliau tinggal atau menetap dan bagaimana kehidupan pada masa saat beliau ada”, sementara ini bisa kita ketahui dari petilasan yang ada di Kampung Kramat Beji tepatnya di wilayah RT 03 RW 12 Kampung Keramat Beji sebelum terjadi pemekaran wilayah , ada satu tempat yang biasa disebut keramat yang letaknya berada di sebelah atas jalan terong atau Jalan salada letaknya disebelah atas Masjid Nurussalam Depok Utara bagian kiri, disitu terletak satu buah bangunan yang ada pohon beringin besar, masyarakat sekitar menyebut bangunan tersebut dengan nama Keramat , Bangunan rumah Keramat saat ini menjadi wilayah RT 09 RW 12, sebelum pemekaran masuk kewilayah RT 03 RW 012.

Sementara itu ditengah pemakaman warga RT 03 RW 12 juga berdiri sebuah bangunan yang menyerupai rumah , bangunan itu oleh masyarakat sekitar juga disebut Maqom” Mbah Raden Ujud Beji, Area pemakaman tersebut adalah wakaf untuk tanah makam dua kampung (warga masyarakat ), yaitu warga RW 01 dan warga RW 0012 Beji. Di tengah area pemakaman ada sebuah bangunan oleh masyarakat asli disebut makom Mbah Ujud Beji. Menurut riwayat mengatakan bahwa tanah makam tersebut adalah **1.Wakaf dari keluarganya bapak Tuyang dari Beji lama.

Sebelum menceritakan misteri kehidupan dan sosok Mbah Raden Ujud beji ada baiknya diceritakan terlebih dahulu riwayat rumah atau bangunan Keramat yang ada saat ini.

Penulis didepan ruang pusaka keramat mbah Raden Ujud Beji.

RUMAH KERAMAT adalah
Bangunan Keramat yang mirip sebuah rumah tinggal, pada jaman dahulu sekitar tahun 1950 – 1980, bangunan rumah Keramat tersebut terbuat dari bilik bambu (bambu yang di Anyam), dengan ukuran lebih kurang 4m X 6m2, Lantai rumah Keramat terbuat dari pelupuh bambu yang dianyam menjadi sebuah Bale tempat untuk menerima tamu yang datang berkunjung, dan sesekali untuk kegiatan melaksanakan ritual , seperti usai melakukan mandi keliling pada setiap malam tanggal 14 bulan maulud, ritual sedekah Bumi atau biasa disebut Barit’..(sebutan ritual oleh masyarakat sekitar) , juga acara ritual malam satu suro dan ritual setiap malam Kliwonan (Jum’at Kliwon), bahkan saat menerima tamu yang mempunyai hajat khusus juga di layani diatas bale tersebut.

Seiring dengan perkembangan zaman, rumah Keramat mengalami perubahan, awal perubahan bangunan terjadi sekitar tahun 1970 – 80an, Akibat kebakaran yang terjadi sore hari pada ruang pusaka, pada saat itu belum ada aliran listrik, untuk penerangan ruang pusaka menggunakan lampu sumbu (lentera) yang di tempelkan di dinding terbuat dari bilik bambu.

RUANG PUSAKA TERBAKAR

Peristiwa terbakarnya ruang pusaka diduga akibat lampu ce’nter (lentera) yang terbalik akibat getaran, menurut cerita dari Almarhum engkong Nakin kepada penulis suatu hari di tahun 1987.

Menurut bapak Nakin biasa di sebut Engkong Nakin (seorang yang merawat rumah Keramat generasi ke 7) saat masih hidupnya , beliau tidak mau di sebut juru kunci, dirinya hanya merawat sementara. Kepada penulis, menceritakan,”Pada waktu engkong selesai menyiapkan suguhan untuk didalam ruang pusaka, engkong langsung pulang, belum satu jam dirumah tiba tiba perasaan kurang enak , akhirnya engkong balik lagi ke Keramat, Sampai dikeramat engkong kaget , karena melihat api dari bagian dalam ruang pusaka merembet menyambar bilik pager,”.. Alhamdulillah masih keburu apinya bisa dipadamkan,” tuturnya kepada penulis saat itu di bawah pohon beringin Keramat dengan logat depok yang kental.

Lanjut bapak Nakin, kepada penulis, “saat masuk ruang pusaka engkong kebingungan untuk menyelamatkan barang pusaka didalam nya, sebab banyak pusaka beterbangan akibat api yang makin membesar, Pusaka Keris , dan beberapa pusaka lainnya , sebelum terbang lebih jauh engkong berhasil menyambar beberapa keris di udara, sebagian lagi terbang entah kemana, alhasil setelah api padam dan ruang pusaka sudah dirapihkan, Pusaka yang pergi akhirnya kembali sendiri , tiba tiba ada di tempatnya semula, tuturnya.

Akibat kebakaran tersebut pak Nakin berinisiatif merenovasi rumah Keramat , pemugaran dilakukan bersamaan saat perumnas Depok Utara hampir selesai dibangun sekitar tahun 1978, ditahun 1979 perumahan Depok Utara mulai dihuni. Bangunan yang semula berbahan baku bambu, pada bagian dinding bawah dirubah menggunakan Batako perumnas (batako pres ), dinding atas bagian samping kiri dan kanan menggunakan Kawat, kecuali ruang pusaka terletak di bagian belakang rumah Keramat menggunakan batako press.

Usai peristiwa kebakaran ditahun tersebut, banyak penduduk sekitar melihat dari kejauhan pusaka keris dan titik cahaya (jenis batu mustika) terbang dan jatuh kepohon beringin terletak dibelakang rumah Keramat. Hal tersebut diceritakan oleh satu keluarga yang tinggal dekat dengan area keramat (rumah Keramat).

Pada tahun 1990an atap Keramat masih terbuat dari genteng plentong lalu di ganti menggunakan Asbes, Kayu Balok tiang penyangga di empat sisi bangunan tidak diganti sampai saat ini tiang tersebut masih kokoh walaupun usia kayu tersebut sudah lebih 100 tahun.

RUANG PUSAKA DIBOBOL

Sekitar tahun 1994 rumah Keramat dibobol orang, pada saat itu terjadi perkelahian sengit seorang warga sekitar yang berujung dibobolnya ruang pusaka , bobolnya rumah Keramat di ketahui oleh pak Nakin (Almarhum) saat beliau hendak merapihkan ruangan , saat di lihat ada beberapa senjata pusaka berupa pedang dan beberapa buah keris besar ukuran Luk 21 ( lekuk 21,red) dan keris kecil serta batu akik (cincin) yang hilang, melihat kejadian tersebut Kong Nakin mencari orang untuk dimintai tolong. Hal agak aneh ketika meminta pertolongan pak Nakin menghampiri rumah penulis, kebetulan rumah penulis bertetangga dengan beliau. Jarak rumah penulis dengan rumah beliau hanya di selingi satu rumah. Padahal rumah anak anak beliau lebih dekat, sedangkan jarak rumah Keramat dengan rumah beliau berjarak lebih kurang 50 meter.

Saat datang, sekonyong-konyong pak Nakin berkata sambil terbata bata agar penulis menjadi saksi dibobolnya ruang pusaka dan hilangnya beberapa senjata pusaka yang disebutkan serta meminta penulis untuk membantu mencarikan senjata tersebut dengan menyebutkan orang yang dicurigai melakukan pembobolan.

“Tolong Cari senjata itu, itu pusaka golok pedang peninggalan bapak tua, bapak gak tau siapa yang ambil, bapak yakin elu bisa cariin, elu juga mesti jadi saksi engkong gak mau disalahin ,” ujar pak Nakin serius.

Tidak berselang lama penulis dapat menemukan siapa pelaku pembobolnya dan meminta Secara baik agar senjata tersebut dan beberapa pusaka lainnya di kembalikan. Malam harinya sekitar jam 1 malam senjata tersebut dikembalikan langsung oleh si pelaku kerumah bapak Nakin.

Tahun 2000 Keramat direnovasi kembali atas biaya seorang pengunjung yang rajin bertirakat. Seluruh sumur tujuh , mulai dari sumur pusat (sumur 5, 6, dan sumur ke 7), sumur 4, 3, 2, dan 1 juga di renovasi dan ditata agar lebih rapih dan terawat, di setiap sumur dibuatkan prasasti dari batu marmer dengan tulisan nama nama sumur. sampai saat ini hasil renovasi masih dapat disaksikan dilokasi.

Bersambung..

Penulis : Rahmat Budianto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *