Menyelamatkan Marwah PWI dari Jeratan Krisis Kepemimpinan

Oleh: Rahmat Budianto
sumberlima.com,- Kisruh internal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) belakangan ini, terutama terkait penunjukan Pelaksana tugas (Plt) secara sepihak oleh pengurus pusat semakin memperjelas adanya krisis tata kelola dalam tubuh organisasi wartawan tertua di Indonesia ini. Plt di sejumlah provinsi dan kabupaten/kota ditunjuk tanpa melalui mekanisme yang diatur dalam AD/ART. Ironisnya, beberapa PLT menggantikan pengurus aktif yang masa jabatannya belum berakhir dan masih mendapat dukungan mayoritas anggota.
Saya memandang ini bukan lagi sekadar dinamika organisasi, melainkan gejala awal dari pudarnya semangat kolektif dan demokrasi yang dulu menjadi fondasi PWI. Jika pengurus pusat bisa dengan mudah menyingkirkan pengurus sah di daerah tanpa proses musyawarah, lalu untuk siapa sesungguhnya PWI ini berjalan?
Konflik internal ini telah mencederai kepercayaan publik, melemahkan wibawa PWI, dan mengancam persatuan di kalangan wartawan. Lebih dari itu, ada dugaan intervensi politik dan kepentingan tertentu yang menunggangi penunjukan Plt sebagai instrumen untuk membungkam suara kritis dan membajak mandat organisasi.
Saya percaya, PWI harus segera dibenahi. Bukan dengan jalan konfrontasi, melainkan melalui rekonsiliasi yang jujur dan terbuka. Audit organisasi, evaluasi menyeluruh atas kebijakan sepihak, hingga mempercepat penyelenggaraan Kongres Luar Biasa (KLB) bisa menjadi opsi yang layak dipertimbangkan untuk mengembalikan marwah dan kepercayaan anggota.
Sependek pengetahuan saya PWI dibangun atas dasar semangat kebersamaan, bukan kekuasaan. Ia adalah rumah besar insan pers, bukan ruang sempit bagi segelintir elit. Maka menjadi tanggung jawab moral kita bersama untuk menyelamatkan PWI, sebelum rumah ini benar-benar runtuh karena dikhianati oleh penghuninya sendiri.




