Kepala SMAN 9 Depok Diundang Universitas Chiba Jepang sebagai Tim Advisor
sumberlima.com, CINERE, DEPOK – Kepala SMA Negeri 9 Depok, Dr. Lely Ersastri, M.Pd., menjadi satu-satunya kepala sekolah dari Indonesia yang diundang oleh Universitas Chiba, Jepang, sebagai Advisor dalam Twincle Program for Educational and High School Students Research. Acara ini berlangsung di Universitas Chiba, Jepang, pada 7–10 Februari 2025.
Lely, sapaan akrabnya, hadir sebagai bagian dari tim penilai yang terdiri dari perwakilan 10 negara, termasuk dosen, kepala sekolah, dan guru. Mereka bertugas menilai penelitian yang dilakukan oleh siswa SMA dan mahasiswa di Universitas Chiba.
“Alhamdulillah, ini kali kedua saya mendapat undangan dari Universitas Chiba. Sebelumnya, pada tahun 2017, saat masih menjadi guru, saya pernah diundang. Sekarang, saya kembali diundang sebagai kepala sekolah,” ujar Lely saat menceritakan pengalamannya sebagai tim penilai di Universitas Chiba, Selasa (11/02/2025).
Menurut Lely, dirinya bersama sembilan delegasi dari negara lain dipilih berdasarkan rekam jejak dan kriteria penilaian khusus yang telah dipelajari oleh pihak Universitas Chiba. Ia pun sempat bertanya mengapa dirinya yang dipilih, dan ternyata universitas tersebut telah mempelajari profil para kepala sekolah di wilayah Depok.
Belajar dari Sistem Pendidikan Jepang
Selama menjadi tim penilai, Lely mengaku mendapatkan banyak manfaat, terutama dalam memahami sistem pendidikan dan manajemen pendidikan di Jepang. Ia menyoroti bagaimana siswa SMA di Jepang sudah terbiasa melakukan penelitian sejak dini.
“Ini bisa menjadi wawasan bagi pendidikan di Indonesia ke depan. Artinya, siswa-siswa kita bisa mulai mengadopsi sedikit demi sedikit sistem pendidikan Jepang agar lebih terbiasa berpikir kritis,” tuturnya.
Di Jepang, mahasiswa dan siswa SMA mempresentasikan hasil penelitian atau eksperimen mereka di hadapan tim penilai, advisor, serta fasilitator. Dalam sesi ini, mereka mendapatkan tanggapan, saran, serta penilaian yang berguna untuk pengembangan riset mereka.
“Dari pengalaman ini, kita bisa melihat bagaimana cara menumbuhkan daya nalar kritis anak-anak, terutama melalui penelitian. Di Jepang, siswa SMA bahkan sudah dikirim ke berbagai negara untuk melakukan penelitian. Jadi, ketika mereka lulus, mereka sudah memiliki passion dan dasar yang kuat untuk menentukan arah pendidikan dan kariernya,” jelasnya.
Harapan untuk SMAN 9 Depok
Lely berharap pengalaman ini bisa diterapkan di SMAN 9 Depok, setidaknya dalam skala kecil. Salah satu rencananya adalah membuat sistem riset siswa yang terintegrasi dengan mata pelajaran dan peminatan khusus.
“Para guru nantinya akan diminta untuk menggali potensi siswa dan memperkenalkan sistem riset. Mereka akan berkolaborasi sehingga setiap siswa bisa melakukan penelitian sesuai minatnya, baik di bidang IPS maupun IPA,” katanya.
Menurutnya, berpikir visioner adalah kunci utama dalam pendidikan. Dengan membiasakan siswa melakukan penelitian sejak dini, mereka bisa lebih fokus pada minat dan bakatnya.
“Kalau anak-anak sudah sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler, riset, dan penelitian, mereka tidak akan punya waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti nongkrong tanpa tujuan atau bahkan terlibat tawuran,” tambahnya.
Meneladani Budaya Jepang
Selain pengalaman akademik, Lely juga terkesan dengan budaya Jepang, terutama dalam hal kebersihan.
“Di Jepang, kebersihan sudah menjadi kebiasaan sejak kecil. Hampir tidak ada sampah berserakan. Bahkan, setelah makan, mereka menyimpan sampah di kantong baju, celana, atau tas, lalu membuangnya di tempat yang sesuai,” ungkapnya.
Ia berharap kebiasaan ini bisa ditanamkan di sekolah-sekolah di Indonesia.
“Kebersihan adalah sebagian dari iman. Sekolah yang bersih dan bebas sampah tentu lebih sehat dan nyaman bagi siswa,” ujarnya.
Selain itu, interaksi dengan tim penilai dari berbagai negara seperti Thailand, Filipina, Nigeria, Austria, dan Swedia juga menjadi pengalaman berharga. Mereka saling bertukar pikiran mengenai sistem pendidikan di negara masing-masing.
“Saya bersyukur bisa mewakili kepala sekolah dari Depok dan Indonesia dalam forum internasional ini. Semoga pengalaman ini bisa diterapkan di SMAN 9 Depok, menjadikannya pionir dalam penerapan sistem riset bagi siswa,” pungkasnya.
(RahmatSL5)