Kisah Syekh Abu Bakar Faqih Macan Suryalaya Melipat Bumi

Loading

Kisah Syekh Abu Bakar Faqih Ra Macan Suryalaya Melipat Bumi

Foto : Maqam Syekh Abu Bakar Faqih Radhiyallahu . Dok pri SL5.

SumberLima.Com , MAJALENGKA , JAWA BARAT-
Syeikh Muhammad Abu Bakar Faqih Rodyiallahu’an (Ra) dilahirkan di kampung Sukapulang, desa Kerta Raharja, kabupaten Ciamis, Jawa Barat sekitar tahun 1880 M. Nama lahir Abu Bakar Faqih Ra , adalah Abdul Salam. terkenal dengan sebutan Macan Suryalaya dan akrab di sebut Abah Faqih.

Salah satu karomah Abu Bakar Faqih kemampuannya “melipat jarak Bumi”. Suatu ketika ‘Kecap’ kegemaran Abah Sepuh sudah habis, padahal sebentar lagi ada rombongan tamu yang akan datang.

Saat itu daerah Suryalaya merupakan daerah terpencil jalan pun masih bebatuan sulit untuk pergi kemana mana sedang kendaraan masih tradisional , di kisahkan seorang juru masak Abah Sepuh Ra kehabisan kecap penyedap rasa untuk bumbu masak padahal tidak lama lagi akan kedatangan rombongan tamu yang cukup banyak.

Saat itu Pangersa Abah Sepuh memerintahkan Abah Faqih agar segera membelikan kecap kedaerah Talaga, karna di surayalaya tidak ada sementara jarak Suryalaya ke Kampung Talaga jika di tempuh dengan berjalan kaki sekira lebih kurang 7 Jam Perjalanan .

Faqih segera keluar dari ruang Abah Sepuh sambil menutup pintu namun baru beberapa menit pintu sudah diketuk kembali oleh Abah Faqih sambil di tangan nya membawa beberapa botol kecap yang dibelinya dari daerah kampung Talaga melihat hal itu seorang santri yang mendampingi Abah Sepuh terheran heran.

Jarak Suryalaya ke daerah kampung Talaga normalnya ditempuh 7 jam jika berjalan kaki atau sekitar 1 jam lebih Jika naik kendaraan sementara Abah Faqih hanya butuh waktu kurang dari tiga menit pulang pergi Suryalaya Talaga.

Foto : Dok pri oleh Dudi

Faqih terlahir dengan nama Abdul Salam lahir dari keluarga cukup terpandang dan disegani warga sekitar. Beliau mempunyai saudara kandung, Kaip, Sanuhri, dan Uha (adik perempuan). Uha menikah dengan seorang pria, adik dari Abah Sepuh yang bernama Nur Hammad, di antara saudara-saudaranya, Abdul Salam adalah anak yang cerdas dan pintar.

Adalah KH. Abdullah Mubarrok (Abah Sepuh) kerabat terdekat yang pernah berminat mengasuh putra Eyang Raksa untuk dijadikan sebagai anak angkat. Dengan senang hati, eyang Raksa menyambut baik keinginan KH. Abdullah Mubarrok. Salah satu keturunan yang diinginkan oleh kerabatnya yaitu Abdul Salam, ketika itu masih sangat belia berusia 5 tahun.

Saat di minta oleh Abah Sepuh Eyang Raksa teringat ucapan seseorang yang pernah datang untuk bersilahturahmi ke rumahnya. Orang tersebut memberitahukan kepadanya bahwa kelak, anaknya (Abdul Salam) akan menjadi seorang pembesar atau seorang ulama yang disegani dan dibutuhkan ilmu dan doanya oleh banyak orang.

Karena itu Eyang raksa dengan Ikhlas menyerahkan anak lelakinya kepada Abah Sepuh dengan iringan doa semoga nanti putranya menjadi anak yang soleh, berbakti kepada kedua orang tua, bertaqwa kepada Allah SWT, serta berguna bagi masyarakat, agama, bangsa dan negara.

Untuk bekal hidupnya kelak dan juga membantu perjuangan ayah angkatnya, Faqih muda menimba berbagai ilmu agama. Syekh Abdullah Mubarrok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh) sendiri yang menjadi guru pembimbing Abah Faqih.

Ia belajar membaca dan mendalami Al Quran,belajar salat, belajar puji-pujian (solawat), juga belajar dasar-dasar ilmu keagamaan, seperti Ushuludin dan ilmu Fiqih. Ia menekuni setiap pelajaran ilmu keagamaandengan sungguh-sungguh.

Dengan kepintaran dan kecerdasan yang dimiliki, ia dapat memahami dan menguasai semua pelajaran yang disampaikan gurunya. Karena kecerdasan dan kepintarannya pula, nama kecilnya yang dahulu bernama Abdul Salam diganti menjadi Abdullah Faqih.

Selain belajar berbagai dasar ilmu keagamaan, Faqih juga belajar dzikir mendalami ilmu Tarekat dari ayah angkatnya sekaligus menjadi guru mursyidnya. Bahkan karena kekaguman Abah Sepuh terhadap dirinya, namanya yang dahulu bernama Abdullah Faqih diganti menjadi Abu Bakar Faqih.

Hal ini disebabkan ayah angkatnya memuji sesuatu yang terhujam teguh/dzikir khofi yang kuat di dalam hati Abu Bakar Faqih Inimengacu pada sahabat Abu Bakar. Dalam kebanyakan tarekat, umumnya silsilah bersambung ke Nabi melalui Sayyidina Ali, namun tarekat Naqshabandiyyah jalurnya melewati Sayyidina Abu Bakar as-Shidiq.

Salah satu ajaran rahasia dari Nabi diajarkan kepada Abu Bakar, yakni zikir khofy (zikir diam), yakni menyebut ism Dzat, Allah, di dalam hati. Pelajaran (talqin) zikir ini diberikan saat Nabi dan Abu Bakar bersembunyi dalam gua ketika dikejar-kejarorang Quraisy saat hendak hijrah ke Madinah. Zikirnya Abu Bakar ini demikian kokoh dan istiqamah, sehingga Nabi pernah mengatakan bahwa Abu Bakar masuk surga karena ada “sesuatu” di hatinya. Zikir khafy ini kemudian dilestarikan melalui jalur wali-wali Allah, dan menjadi terkenal setelah dijadikan amalan seorang Wali Qutb, Syekh Bahauddin an-Naqshabandi, sang pendiri tarekat.

Berbagai ajaran yang disampaikan dari ayah angkatnya seperti dzikrullah, khotaman, dan hidmat manaqib dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kelak setelah dewasa iapun pernah mendapat kesempatan dari Abah Sepuh melaksanakan latihan-latihan ruhani (Riyadhoh Khusus) seperti: mengurangi tidur, mandi dini hari (mandi kemanusiaan, Syahadat Jati dll), kemalaikatan, amalan hizib terutama doa Saefi Hijbul Yaman, puasa-puasa sunah termasuk puasa kifarat, Insan Kamil, sangga Bumi, dan sebagainya.

Ia juga giat mengerjakan salat-salat sunat, berziarah ke makam para wali, berkholwat dan sebagainya. Mengenai pelaksanaan latihan ruhani (riyadhoh) bertujuan untuk melunakkan hati, sehat, tentram. Mensucikan hati sehingga dapat mendekati diri pada Sang Maha Pencipta.

Abu Bakar Faqih sejak muda telah dikaruniai kasyaf dan kelebihan lain berkat amalannya yang istiqamah. Beliau membantu Syekh Abdullah Mubarok (Abah Sepuh) dalam mendirikan Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah di Tasikmalaya.

Pengabdiannya kepada AbahSepuh membuatnya tak sempat memikirkan istri. Pada umur 45 tahun baru dia berpikir tentang istri. Abah Sepuh, melalui kasyafnya, pernah mengatakan bahwa jodohnya kelak dari Cinambo, Majalengka. Dan apa yang dikatakan menjadi kenyataan. Abu Bakar Faqih menikah dengan Siti Mariah.

Jarak Suryalaya ke Talaga normalnya ditempuh Tujuh jam berjalan kaki (atau sekitar 1 jam-an jika naik kendaraan) tetapi Faqih hanya butuh waktu kurang dari tiga menit untuk pulang pergi Suryalaya-Talaga.

Usia Abu Bakar hingga usia 109 tahun beliau mengabdi dengan setia pada Abah Sepuh dan Abah Anom. Selama mengabdi di pesantren Suryalaya, Pangersa Abah Faqihmenjadi salah satu wakil Pangersa Abah Sepuh (KH.Abdullah Mubarok bin Noor Muhammad ra.) dan Pangersa Abah Anom (KH.Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin ra.) untuk memberi ijazah atau talqin zikir kepada siapa saja yang ingin berbaiat belajat tarekat. Walaupun memiliki berbagai kelebihan, namun sepanjang hidup beliau selalu hidup bersahaja dan sangat tawadhu. (Rahmat SL5)

Sumber Berita : Petugas Desa Cinambo Talaga Majalengka