Misteri Air Tujuh Warna Dalam Pohon Beringin Keramat Mbah Raden Wujud Beji

Sekitar Tahun 1986 penulis melakukan ziarah bersama guru pencak silat hikmah dan beberapa orang murid pencak silat dari perguruan yang sama , ke pemakaman warga Keramat Beji , Di tengah pemakaman warga tersebut terdapat bangunan sederhana dindingnya terbuat dari batako yang di plester beratap genteng kuno , pintu makam bisa buka atas bawah , pada belakang makam terdapat pohon beringin yang tidak terlalu besar, menurut sebagian warga keramat yang awam sepengetahuan mereka bangunan tersebut adalah makam Mbah Beji, Lokasi makam dibelakang masjid Nurussalam, berjarak lebih kurang 200 meter dari rumah petilasan Keramat Beji . Dahulunya makam itu hanya beratap genting dan tiang kayu ketingian sekitar 1 meter tanpa dinding. Saat itu sekitar jam 23’00 Wib , Kami beraurod membaca zikir dan amalan tertentu dari luar bangunan dengan beralaskan tikar pandan.

Sekonyong konyong muncul pusaran angin berputar seperti angin puting beliung namun bentuknya agak berbeda , pusaran angin itu lebih halus dan lembut sangat jelas bentuk putarannya mata angin berdiametir sekira 30 Centi Meter , makin keatas lingkaran angin semakin besar dan membias namun mampu menerbangkan tikar pandan yang ada dihadapan kami, angin terasa menerpa sekujur tubuh dan wajah peristiwa ini berlangsung sekitar 5 menit, Lalu angin tersebut tiba tiba hilang tanpa menimbulkan bekas.

Usai angin tersebut menghilang guru pencak silat kami memberi aba – aba bahwa kegiatan sudah selesai. Peristiwa pusaran seperti angin puting beliung muncul kedua kali setelah dua tahun kemudian , saat penulis menuntaskan pelajaran pencak silat pada tahun 1987 , Berdasarkan perintah guru silat kami bahwa untuk menyempurnakan pelajaran syaratnya harus berzikir didalam makam tersebut selama satu hari satu malam tanpa tidur. Belakangan penulis ketahui bahwa tempat tersebut bukanlah makam jenazah di kuburkan, akan tetapi itu adalah salah satu tempat makom kholwat Mbah Raden Wujud Beji pada saat beliau masih adanya dan yang melakukan kholwat di tempat tersebut ternyata lebih dari satu orang.

Menurut keterangan juru kunci dan tokoh masyarakat yang penulis dapatkan dahulunya di tempat tersebut ada sebuah pohon beringin yang didalam pohon beringin itu terdapat sebuah  sumur yang memiliki mata air tujuh warna. Di makam kholwat ini dulu sering terlihat orang bertapa dengan cara berbeda beda, ada yang melakukan kholwat ( bertapa ) sambil duduk, sambil berdiri , bahkan ada yang sambil menggantung seperti kelelawar (penjelasan juru kunci ke 6). Kemungkinan Inilah sebab kenapa Kampung Keramat Beji di sebut sebagai kampung ghaib. (Rahmat Budianto).

Bersambung..

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *