Meraih Kebahagian dan Kemuliaan Melalui Cita Guru

Loading

Oleh: Nana Suryana S.Ag , M.Pd .

SURYALAYA, sumberlima.com,- Dalam literasi orang-orang sufi ada banyak kisah yang bisa diambil pelajaran. Satu diantarnya riwayat Syaikh Ahmad Kanji. Namanya Syaikh Ahmad Kanji, beliau memiliki keyakinan kuat bahwa tarekat Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani (tarekat qodiriyah) merupakan tarekat paling dicintai dibanding tarekat-tarekat yang ada. Keyakinan itu diperkuat dengan penjelasan gurunya, Syaikh Abi Ishaq Magribi. Menurut gurunya, Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani itu memiliki 12 sifat, ketika sifat itu ditulis menggunakan air laut sebagai tintanya dan pepohonan sebagai pensilnya, pasti tidak akan mampu dituliskan. Mendengar penjelasan gurunya tersebut, kecintaan (kemahabbahan) Syaikh Ahmad Kanji kepada Syaikh Abdul Qodir Al-Jailanu Qs. semakin kuat. Sehinga beliau sangat berharap bisa bertemu dengan tuan Syaikh Abdul Qodir Al-Jalani sebelum ajal datang.

Dalam perajalannya menuju Bagdag, tepatnya di daerah Ajmir, beliau beristiahat di pinggiran sungai, kemudian mengambil air wudlu dan melaksanakan salat. Selepas shalat beliau tidur. Dalam tidurnya beliau mimpi kedatangan Syaikh Abdul Qodir Al-Jaliani Qs. yang membawa mahkota merah serta sorban berwarna hijau. Lalu Syaikh Ahmad Kanji berdiri, sebagai bentuk penghormatan kepada tuan Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani Qs.
Syaikh Abdul Qodir berkata, mendekatlah kepada-Ku! Lalu Syaikh Ahmad mendekat. Kemudian Syaikh Abdul Qodir Qs. memakaikan mahkota dan sorban kepada Syaikh Ahmad Kanji, sambil berkata, Hai Ahmad Kanji, sekarang kamu sudah menjadi muridku dan sudah menjadi setengah dari rijalullah. Lalu Syaikh Abdul Qodir menghilang. Ketika Syaikh Ahmad terbangun dari tidurnya, mahkota dan sorban itu ada dikepalanya. Syaikh Ahmad bersyukur kepada Allah atas semua itu. Pengalaman itu beliau ceritakan kepada guru, Syaikh Abi Ishaq Magribi. Syaikh Ishaq berkata, wahai Ahmad Kanji, mahkota dan sorban ini adalah keberkahan bagimu. Kamu sangat dicintai oleh Syaikh Abdul Qodir. Sekarang kamu sudah menjadi wali yang lebih utama dibanding wali yang lain.

Dari kisah Syaikh Ahmad Kaji di atas, memberikan pelajaran kepada kita. Pertama, keberkahan dan kemuliaan dalam hidup bukan terletak dari kemuliaan harta, ilmu, dan kedudukan. Kemuliaan dan keberkahan itu pada saat kita diaku menjadi muridnya seorang guru. Karena melalui guru kita mampu mengenal Allah SWT.
Kedua, keberkahan dan kemuliaan itu pada saat kita telah mampu menjadi rijalullah.

Siapa rijalullah? Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nur : 37, Rijalullah (laki-laki) yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
Ketiga, keberkahan dan kemuliaan itu bisa kita raih melalui kuatnya cinta (mahabbah) kepada guru.

Dalam term pendidikan dikenal ada tiga jenis guru. Pertama guru tangtu (pasti) yaitu orang tua. Orang tua adalah guru pertama dan utama. Merekalah yang pertama kali mengajarkan kita tentang segala hal. Oleh karenanya kita berkewajiban menghormati, mencitai, serta memuliakan mereka. Keridloan Allah SWT sangat bergantung pada keridloan orang tua, murkanya Allah bergantung pula pada murkanya orang tua. Allah SWT berfirman; Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (QS. Al-Isra:23).
Kedua guru bantu. Siapkah guru bantu? Pendidik, dosen/atau sebutan lain. Melalui para pendidik, dosen, dan sejensinya kita telah diajarkan banyak pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan bagaimana agar sukses dalam kehidupan di dunia. Iman Ali bin Abi Tholib berkata, Aku akan mengaku dan mengormati seorang guru, kalaupun dia hanya mengajarkan satu haruf. Karenanya kita berkewajiban menghormati dan memuliakan mereka.
Ketiga, guru khusyu. Guru yang yang telah mengajarkan kita tentang bagaimana mencintai (mahabah) Allah SWT, mengenal (makrifat) kepada Allah SWT, dan wushul (sampai) kepada Allah SWT. Beliaulah guru mursyid. Bersykurlah bagi mereka yang telah memiliki guru mursyid, kerena beliau akan menjadi pemimpin yang memberikan petunjuk. Allah berfirman, Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya (wali mursyid) (QS. Al-Kahfi:17).

Penulis: Nana Suryana, S.Ag. M.Pd.Editor: Penulis Nana Suryana S.Ag , M.Pd .