Depok daerah otonomi dan punya Presiden sendiri

Loading

Rumah mantan Presiden Depok, kini dihuni oleh cucu keturunannya.

 

 

Literasidepoknews
21/3/2018

Depok,

Depok adalah daerah penyangga ibukota DKI Jakarta. Dahulu, ternyata Depok pernah punya Istana Presiden sekaligus Presiden sendiri.

Sejarah Depok bermula ketika pada akhir abad 17, seorang saudagar Belanda yang merupakan mantan VOC bernama Cornelis Chastelein membeli tanah beberapa hektar di Depok.

Status tanah itu adalah tanah partikelir atau terlepas dari kekuasaan Hindia Belanda di Batavia. Chastelein membeli pekerja yang disebut budak-budak dari luar pulau Jawa.

para budak dipekerjakan di tanah miliknya. Sejak saat itulah Chastelein menjadi tuan tanah dan di kemudian hari Depok memiliki pemerintahan sendiri.

Daerah otonomi Chastelein dikenal dengan sebutan Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok. Sebagai budak pekerja tentu harus menguasai bahasa pengantar Belanda untuk memudahkan berkomunikasi dengan sang Presiden.

Tugu peringatan ex. istana Presiden Depok, saat ini di manfaatkan untuk RS. Harapan Depok.

 

 

Maka dari itu bahasa Belanda sangat dikuasai para budak pekerja sampai beberapa generasi keturunannya. Tidak mengherankan, istilah Belanda Depok kerap kita dengar hingga saat ini.

Pemerintahan Belanda di Batavia menyetujui kepemimpinan Chastelein dan mengangkatntya menjadi Presiden Depok pertama. Sebagai presiden Depok tentu mempunyai tempat tinggal dan Istana Kepresidenan.

Rumah dan istana Presiden Depok dapat kita lihat di kawasan Depok Lama. Tempat tinggal mantan presiden Depok ada di jalan Pemuda no. 11 Depok Lama dan istana Presiden Depok tepat persis di seberang rumah.

Di bekas Istana Presiden terdapat simbol tugu peringatan Chastelein. Saat ini bekas Istana Presiden tersebut digunakan sebagai rumah sakit Harapan Depok.

Sebelum Chastelein meninggal ia membuat surat wasiat. Adapun isinya adalah memerdekakan semua budak pekerja serta keluarganya.

Ia membuat semua budak pekerja menganut agama Kristen Protestan dan mereka harus menggunakan nama 12 marga. Adapun ke 12 marga tersebut sebagai berikut, Soedira, Leander, Laurens, Jonathans, Loen, Tholense, Samuel, Joseph, Bacas, Jakob, Isakh, dan Zadokh.

Rumah Pendeta di Depok.

 

Sampai saat ini dari 12 marga hanya satu marga yang hilang yaitu marga Zadokh karena tidak mempunyai keturunan anak laki-laki. Maka dari itu di kawasan Depok Lama khususnya jalan Pemuda masih banyak ditemui rumah tua bekas pendeta, rumah tua dengan arsitektur Belanda sampai banyaknya gedung Gereja Protestan yang masih aktif hingga saat ini.(Gatot/LDN LINE).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *