Literasidepoknews, 13/1/2018
Depok,
Pertarungan antar pasangan calon (paslon) gubernur-wakil gubernur Jawa Barat yang awalnya disebut-sebut akan berlangsung sengit, diprediksi berubah menjadi landai dan dingin, seiring peta konstelasi politik yang terbangun dalam koalisi parpol pengusung pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat.
Seperti diketahui, Pilgub Jabar 2018 akan diikuti empat paslon gubernur-wakil gubernur, yakni Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum yang diusung NasDem, PKB, PPP, dan Hanura; Deddy Mizwar-Deddy Mulyadi yang diusung Demokrat, dan Golkar; kemudian Mayjen TNI (Purn) Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang diusung Gerindra, PKS, dan PAN; serta Mayjen TNI (Purn) Tubagus Hasanudin-Irjen (Pol) Anton Charliyan yang diusung PDIP.
Pakar politik dan pemerintahan dari Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung Asep Warlan Yusuf yang dihubungi via HP, mengatakan, koalisi parpol pengusung yang sudah terbangun diprediksi membuat konstelasi politik di ajang Pilgub Jabar 2018 lebih “dingin dan landai”
“Saya menduga akan sangat landai dan dingin, tidak meruncing seperti prakiraan sebelumnya, koalisi partai yang terbangun tidak ideologis atau nasionalis, semuanya sangat landai,” kata Asep pada jumat (12/1/2018) kemarin.
Asep mencontohkan, koalisi parpol pengusung yang awalnya diprediksi untuk kepentingan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 ternyata tidak terjadi di pilgub Jabar, seperti halnya Golkar yang berkoalisi dengan Demokrat untuk mengusung Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi.
“Padahal, Golkar dengan tegas akan mengusung Jokowi di Pilpres 2019, dan ini berbeda dengan sikap politik Demokat,” jelasnya.
Tidak hanya itu, pertarungan politik identitas pun diprediksi sulit terjadi di Pilgub Jabar 2018. Sebab, identitas semua kandidat cagub/cawagub pun relatif bisa diterima masyarakat Jabar. “Sehingga, prediksi akan terjadinya polarisasi seperti di Pilgub DKI Jakarta seperti tidak akan terjadi di Pilgub Jabar, suasananya tidak akan ‘panas’,” ujarnya.
Terlebih, lanjut Asep, koalisi parpol pengusung yang telah terbangun di Pilgub Jabar tidak linier dengan koalisi parpol pengusung di pilkada serentak yang akan digelar di 16 kabupaten/kota di Jabar.
“Kondisi tersebut akan membuat parpol mempertimbangkan strategi pertarungannya, agar semua bisa berjalan kondusif,” jelas Asep.
Dengan kondisi tersebut, Asep menyarankan agar masing-masing kandidat paslon bertarung dalam tataran program serta misi dan visi untuk membangun Jabar demi memenangi Pilgub Jabar 2018. “Selain itu, tim sukses masing-masing paslon juga harus kuat, tentunya didukung dana kampanye yang besar pula,” papar Asep.
Lebih khusus Asep mengatakan, dana kampanye yang besar akan sangat berdampak dalam meraih peluang kemenangan. Sebab, kata Asep, di tengah landainya konstelasi politik, sosialisasi akan menjadi hal yang harus diutamakan.
“Dana kampanye itu bukan untuk money politic, melainkan untuk sosialisasi yang masif. Bayangkan, Jabar ini provinsi yang sangat luas, tentu butuh sokongan dana yang besar untuk sosialisasi,” kata Asep.
Meski begitu, kata Asep, suasana politis yang lebih landai itu bukan lantas merugikan masyarakat dalam menentukan pilihannya, justru yang terjadi sebaliknya, kata Asep, masyarakat akan dibuat nyaman karena Pilgub Jabar akan berlangsung lebih aman dan damai yang akhirnya masyarakat akan dapat menentukan pilihannya secara lebih leluasa dan dewasa, jadi.., paslon yang visi dan misi nya lebih rasional dalam membangun Jawa Barat lah yang akan mendapat dukungan. Terang Asep pada LDN.(Gatot).