Tanah Baru
Baru tersebut kerap kali terdengar bunyi-bunyian suara gamelan di malam
hari, tetapi ketika sumber dari suara tersebut dicari tak satu pun orang
yang dapat menemukannya.
terbentuknya kesenian ini berawal dari ditemukannya seperangkat
alat musik tradisional Sunda yang ditemukan oleh Jimin pada tahun 1648
di daerah Ciganjur (sekarang masuk wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan).
Kesenian ini banyak ditanggap karena keanehannya”…
bernama Pak Jimin menemukan sumber bunyi tersebut, yang ternyata memang
seperangkat gamelan. Namun ternyata tidak ada orang yang memainkannya.
Krukut. Pak Jimin pun hanya sanggup membawa sebuah gong yang bolong di
tempat pukulnya, gendang dan bende. “Ketika Pak Jimin kembali lagi
bersama beberapa tetangganya untuk mengambil sisa perangkat gamelan itu,
ternyata perangkat gamelan lainnya sudah raib. Ketiga alat musik
tersebut diberi nama di Gledek. Karena bunyinya yang nyaring,” tutur
Buang Jayadi, bercerita ihwal kesenian tradisional Gong Sibolong yang
merupakan warisan kakek buyutnya.. .Dari tangan Jimin, Gong diwariskan kepada Pak Tua Galung (Jerah). Di
tangan Jerah inilah Gong Sibolong dilengkapi dengan kendang, saron dan
kromong, kedemung, kenong, terompet, bende, serta gong besar. Ini pula
yang menandai terbentuknya Kelompok Kesenian Gong Sibolong dan
eksistensinya terus dipertahankan oleh Buang Jayadi yang merupakan
generasi ke sembilan.
“Seperti yang dilakukan oleh para pendahulunya. Gong Sibolong mengawali
pergelaran dengan komposisi musik instrumen “Cara Bali”. Dinamai
demikian karena menilik suara gamelan yang dimainkan tidak beda jauh
dengan gamelan Bali”..
Gong Sibolong saat ini menjadi nama dari kelompok kesenian khas Kota
Depok. Kelompok kesenian ini pernah memenangi juara 1 dalam pergelaran
kesenian di Bandung Tingkat Propinsi Jawa Barat Serta Mendapatkan Piagam penghargaan dari Presiden republik Indonesia bidang Budaya..
menampilkan alat – alat modern yang sangat digemari oleh para pemuda
dan orang tua.
bila diamati dan dikaji bahwa Gong Sibolong adalah lambang yoni
(perempuan) bermakna secara garis herizontal merupakan tatanan hubungan
antar manusia.
dari Gong Sibolong yang sampai saat ini belum bisa terpecahkan lewat
akal sehat adalah suaranya yang sangat keras dan merdu bila dimainkan
dijaman dahulu.
bervoltase besar. Inilah salah satu keanehan Gong Sibolong,” ujar Buang
ketika ditemui di sanggarnya diwilayah Tanah Baru belum lama ini.
asal Ciganjur, Jakarta Selatan ) dengan seperangkat lainnya yang sudah
siap pakai kurang lebih 1648 M pada areal tanah tegalan bersemak, tidak
jauh dari curugan (air terjun kecil) dikampung curug.
terdengar suara gamelan ketika asal suara itu dicari, tidak ada suara
gamelan yang dimainkan oleh sekelompok orang, setelah suara itu sudah
berhenti, Pak Jimin menemukan seperangkat alat gamelan bersama gong
tersebut di Curug tetapi Pak Jimin hanya membawa Gong, Bende dan
Gendang bersama dengan temannya.
juga ia tidak pergunakan karena Pak Jimin tidak berbakat dalam seni
gamelan. Sejalan dengan waktu Gong Sibolong diserahkan kepada Pak Sanim
saudara dan kerabatnya yang tinggal di kampung Curug, kampung dimana
Gong Sibolong ditemukan. Ditangan Pak Sanim Gong Sibolong bernasib sama
lalu diserahkan kepada keluarga Pak Galung
termasyur kemana – mana, membawakan irama musik ajeng, irama gamelan
yang mirip dengan permainan gamelan bali. Daerah yang pernah mengadakan
pertunjukan Gong Sibolong adalah Cimanggis, Cibubur, Bojong Sari dan
sampai jauh ke wilayah lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
dipercayakan kepada putra tertuanya bernama Pak Saning kurang lebih
tahun 1942 kemudian dipercayakan kepada Ibu Asem.
Naman Eyot lalu diserahkan lagi ke sepupunya Pak Bagol dan sampai
kepengurusan yang sekarang masih hidup adalah Pak Buang Jayadi, grup
kesenian yang dipimpinnya terus mengalami kejayaan.
1979, Gong yang setiap saat digantung setelah mengikuti pertunjukan (
sudah jarang digunakan) tiba – tiba jatuh, bagian bawahnya pecah. Ini
terjadi dirumah Pak Bahrudin yang berlokasi di Jalan Jerah, Tanah Baru
RT 01/ RW 06 Kecamatan Beji
Gong si Bolong, telah menjadi kesenian khas Depok. Terlepas benar atau
tidak legenda penemuannya. Kesenian ini Patutlah dilestarikan sebagai
salah satu kesenian khas dan budaya Depok.